Mekanisme ketahanan tanaman terhadap salinitas dapat dilihat dalam dua bentuk adaptasi yaitu mekanisme morfologi dan mekanisme fisiologi. Mekanisme toleransi yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Bentuk adaptasi morfologi adalah perubahan struktur mencakup ukuran daun yang lebih kecil, stomata yang lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun serta lignifikasi akar yang lebih awal (Haryadi dan Yahya, 1988). Mekanisme fisiologi terdapat dalam beberapa bentuk yaitu osmoregulasi/pengaturan potensial osmosis, kompartmentasi dan sekresi garam serta integritas membran.
Osmoregulasi pada kebanyakan tanaman melibatkan sintesis dan akumulasi solute organik yang cukup untuk menurunkan potensial osmotik sel dan meningkatkan tekanan turgor yang diperlukan bagi pertumbuhan. Senyawa-senyawa organik tersebut adalah asam-asam organik, asam-asam amino dan senyawa gula yang disentesis sebagai respon langsung terhadap menurunnya potensial air eksternal (Sipayung, 2003). Pada beberapa tanaman, akumulasi sukrosa yang berkontribusi terhadap penyesuaian osmotika merupakan respon terhadap salinitas (Haryadi dan Yahya, 1988).
Gejala keracunan garam pada tanaman padi dapat dilihat dari penampilan agronomik yaitu: terhambatnya pertumbuhan, berkurangnya anakan dan ujung-ujung daun berwarna keputihan walaupun tanaman padi tergolong tanaman yang toleran sedang, pada nilai EC sebesar 6-10 dS m-1 penurunan hasil gabah mencapai 50%. Padi relatif lebih toleran terhadap salinitas saat perkecambahan, tetapi tanaman bisa dipengaruhi saat pindah tanam, bibit masih muda dan pembungaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar