Cari Blog Ini

Sabtu, 22 Januari 2011

Bahaya Merokok

Awas! Merokok Rusak DNA

EFEK buruk merokok ternyata berlangsung sangat cepat. Dalam hitungan menit, bagi mereka yang pertama kali menghisap, rokok mengakibatkan kerusakan gen yang berkaitan dengan kanker.

"Dampaknya sangat cepat sehingga sama dengan menyuntikkan zat itu langsung ke dalam aliran darah," tulis peneliti dalam jurnal kajian Chemical Research in Toxicology, yang diterbitkan American Chemical Society.

Studi itu menjadi yang pertama untuk melacak bagaimana zat pada tembakau mengakibatkan kerusakan deoxyribonucleic acid (DNA) manusia. DNA adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. DNA umumnya terletak di dalam inti sel.

Penelitian dilakukan pada 12 orang perokok. Para ilmuwan melacak polutan yang disebut PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons), di dalam asap tembakau. Polutan sejenis dapat ditemukan di pembangkit listrik bertenaga batu bara juga makanan yang dipanggang pada barbecue.

Zat phenanthrene pada asap rokok ternyata membentuk bahan beracun yang mengakibatkan mutasi penyebab kanker. "Perokok mengembangkan tingkat maksimum zat itu dalam kerangka waktu yang bahkan membuat terkejut para peneliti tersebut: cuma dalam waktu 15-30 menit setelah relawan mengakhiri merokok," kata studi itu, dikutip AFP.

Pemimpin studi yang didanai National Cancer Institute itu, Stephen Hecht, mengatakan, ini mestinya menjadi peringatan bagi bagi mereka yang ingin atau tengah berencana mulai merokok.

Terlebih, 90 persen kematian karena kanker paru-paru disebabkan asap rokok. Sementara penyakit mematikan ini menewaskan 3.000 orang di seluruh dunia setiap hari. Kanker paru-paru ditandai adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada paru-paru. Jika dibiarkan dapat menyebar ke organ lain.

Pada stadium dini, kanker paru-paru sulit dikenali mengingat umumnya tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Bila ukuran kanker membesar dan menjalar ke organ lain, barulah akan muncul keluhan, seperti batuk darah, sesak napas disertai suara mengi.

Gejala lain yakni hilangnya nafsu makan, penurunan berat badan secara drastis, kelemahan tubuh (malaise), mudah lelah, pembengkakan di muka, leher, dan dada. Tak ada salahnya untuk mencegah sejak dini. Anda yang ingin mulai merokok, berfikirlah ulang!

Minggu, 16 Januari 2011

Interaksi Genotip Lingkungan

Pengujian Stabilitas dan Adaptabilitas Genotipe (Interaksi G*E)

Lingkungan (E) adalah segala sesuatu yang berada di luar genotipe, yang dapat berupa lingkungan makro yaitu lokasi, musim/tahun (G*E) dan lingkungan mikro yaitu lingkungan di sekeliling tanaman yang meliputi cekaman abiotik (terutama faktor edafik), cekaman biotik (OPT: hama, penyakit, gulma), kondisi filosfer (suhu, RH, sinar matahari), dan kompetisi antar tanaman.
Penampilan tanaman atau yang umum disebut sebagai fenotipe (P), pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik (G) dan lingkungan (E). Namun selain itu terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi penampilan tanaman di lapangan, yaitu interaksi genetik dengan lingkungan (G*E). Secara formulasi ditampilkan sebagai berikut :img10-1-1
Bentuk-bentuk interaksi G*E sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:img10-1-2
Interaksi G*E dapat dijelaskan secara statistik, genetika biometrik, dan biologi atau terminologi fisik. Secara genetika biometric, interaksi G*E dijabarkan dalam bentuk aksi gen aditif, dominan, dan epistasis. Adapun secara biologi atau terminologi fisik, analisis G*E berupa regresi yang beragam pada beberapa lingkungan (sub-super-optimal), periode, perbedaan skala pengukuran, dan adanya faktor stress, sehingga interpretasi akan tergantung skala analisis.
Implikasi G*E terhadap Program Pemuliaan
Dalam kegiatan pemuliaan tanaman, adanya interaksi G*E menyebabkan nilai duga parameter genetik menjadi bias, sehingga seleksi menjadi tidak efektif. Selain itu genotipe yang dimaksud gagal menunjukkan konsistensi penampilan relatifnya antar lingkungan (ruang-waktu). Akibat dari hal tersebut adalah :
  • Sukar memutuskan genotipe-genotipe yang akan diikutkan dalam program seleksi selanjutnya
  • Sukar memutuskan fenotipe yang akan dilepas sebagai varietas unggul
  • Galur-galur harapan dapat tersingkir dalam proses seleksi
Interaksi G*E dalam pemuliaan dikenal dengan istilah adaptasi dan stabilitas. Stabilitas merupakan kemantapan dalam waktu sedangkan adaptabilitas adalah kemantapan dalam ruang. Untuk pengujian statistika, keduanya menggunakan istilah stabilitas. Analisis stabilitas diperlukan untuk mencirikan keragaan genotipe di berbagai lingkungan dan membantu pemulia tanaman dalam memilih genotipe unggul. Stabilitas dan adaptabilitas suatu genotipe penting untuk diperoleh karena varietas hasil rakitan pemulia tanaman, akan ditanam petani pada lingkungan yang berbeda-beda, sehingga perlu varietas yang adaptif: untuk mengurangi resiko petani yang mungkin timbul akibat perubahan lingkungan yang tidak dapat diramalkan.
Menurut konsep stabilitas, suatu genotipe dikatakan stabil bila :
    1. Ragam antar lingkungan kecil 2. Respon terhadap lingkungan paralel dengan rataan respon semua genotipe dalam percobaan yang dilakukan 3. KTsisa dari model regresi (penyimpangan model) pada indeks lingkungan kecil
Berdasarkan konsep stabilitas tersebut, maka arah tujuan program pemuliaan tanaman akibat adanya interaksi G*E adalah :
    1. Perolehan genotipe berdaya hasil tinggi dan stabil pada lingkungan luas (adaptasi luas) 2. Perolehan genotipe berdaya hasil tinggi pada lingkungan tertentu (adaptasi lokal)
Terdapat empat model pendugaan stabilitas, yaitu:
1. Analisis ragam
2. Analisis regresi
3. Teknik multivariat
10.3.1 Analisis Ragam
Ragam adalah kuadrat penyimpangan data terhadap rataan umum diboboti oleh ukuran populasinya, yang dapat dibedakan menjadi ragam contoh dan ragam populasi. Kemudian kaitannya dengan analisis sumber keragaman, dapat dibedakan menjadi :
    A. Analisis Univariat Pada analisis univariat, keragaman berasal dari satu sumber. Contoh : data daya hasil kacang tanah.
1015117511251150
1025109511101085
990112011151210
950101012051120
97599011701175
910107011201090
    B. Analisis MultivariatPada analisis multivariat, keragaman berasal dari lebih dari satu sumber/variabel. Contoh : data daya hasil kacang tanah berdasarkan varietas, lokasi dan musim tanam.
 UlanganGajahKelinci
MHMKMHMK
Muara11015117511251150
21025109511101085
3990112011151210
Sukamandi1950101012051120
297599011701175
31175107011201090
Pada contoh di atas, keragaman berasal dari beberapa sumber, yaitu genotipe (G), lokasi (L), musim (M), interaksi (G*L), interaksi (G*M), dan interaksi (G*L*M).
Pada analisis ragam ini, penetapan stabilitas suatu genotipe adalah :
  1. Membandingkan genotipe yang diuji dengan kultivar kontrol
    • genotipe uji yang tidak menunjukkan interaksi G*E nyata dengan kultivar kontrol ditengarai dan daya hasilnya dikelaskan ke dalam: superior, inferior, atau tidak berbeda terhadap kontrol.
    • genotipe dengan pola adaptasi yang mirip dengan kontrol dan memiliki daya hasil lebih tinggi pada lingkungan-lingkungan uji adalah yang direkomendasikan stabil.
  2. Melihat nilai kuadrat tengah interaksi
    • genotipe dengan kuadrat tengah interaksi yang rendah dinilai lebih stabil.
10.3.2 Analisis Regresi
Jenis regresi yang paling banyak digunakan dalam menganalisis stabilitas adalah regresi linier sederhana, dengan asumsi hubungan antara peubah bebas (X) dan peubah terikat (Y) adalah linear. Persamaan umumnya adalah :img10-3-1
10.3.2.1 Analisis Stabilitas Menurut Finlay dan Wilkinsons (1963)
Pada analisis stabilitas FW (Finlay-Wilkinsons) digunakan regresi antara varietas dengan rataan varietas di setiap lingkungan dalam skala log (Model yij dengan `y.j). Rata-rata hasil semua varietas pada tiap lingkungan digunakan sebagai absis, dan hasil tiap varietas pada tiap lingkungan digunakan sebagai ordinat. Penarikan kesimpulan kestabilan varietas adalah :
    1. b = 1 : rata-rata stabilitas2. b >1 : peningkatan kepekaan terhadap perubahan lingkungan
    3. b <1 : peningkatan ketahanan terhadap perubahan lingkungan
Contoh garis besar sidik ragam analisis stabilitas FW :
Sumber KeragamanDerajat BebasKuadrat Tengah
Genotypes (G)2760.5618**
Environments (E)6125.5803**
G x E16560.0616**
   Regression2760.2227**
   Dev. from regression13800.0294**
Rep. within E140.5385**
Residual38640.0186
img10-3-210.3.2.2. Analisis Stabilitas Menurut Eberhart dan Russel (1966)
Model regresi yang digunakan dalam analisis stabilitas ER (Eberhart-Russel) adalah :img10-3-3
dimana
Ii = (Ii = 1, 2….v) = banyaknya varietas
j = 1, ….n = banyak lingkungan
I = sebagai indeks lingkungan yang didefinisikan sebagai : Ij = (Y.j /v – Y.. /vn), dimana S Ij = 0
Penduga b dihitung seperti biasa layaknya dalam regresi.
Dalam konsep ini varietas yang stabil selain memiliki nilai b=1.0, juga simpangan dari regresi untuk setiap varietas ke-i adalah : S d.i 2= (S dij2 /n-2) – Se2 /r = 0.0
dimana Se2 adalah galat gabungan dan r = banyak ulangan.
Adapun garis besar sidik ragamnya adalah sebagai berikut :
SumberDerajat Bebas
Total
nv-1
Varietas (V)
v-1
Lingkungan (L)
n-1
V x L
(v-1)(n-1)
Lingkungan (linear)
1
V x L (linear)
v-1
Simpangan gabungan
v(n-2)
Varietas 1
n-2
Varietas 2
n-2
….
….
Varietas v
n-2
Galat gabungan
n(r-1)(v-1)
img10-3-4img10-3-8Gambar. Grafik Stabilitas Menurut Eberhart-Russel
10.3.2.3. Analisis Stabilitas Menurut Perkins dan Jinks (1968)
Model analisis stabilitas PJ (Perkins-Jinks) adalah :img10-3-51
dimana
m = rataan umum untuk semua lingkungan dan galur
di = pengaruh aditif genetik dari galur ke-i
ej = pengaruh aditif lingkungan ke-j
gij = pengaruh interaksi genotipe-lingkungan dari galur ke-i dan lingkungan ke- j
eij = galat percobaan
Bila banyak galur i( i = 1 ,… t) sedangkan lingkungan j (j=1.…s), maka :
m = Y../ts, ej = Y.j/t – m, di = Yi./s – m, dan gij = Yij – m – di – ej.
Model regresi yang digunakan adalah (di + gij) = m + biej +dij . Disini galur dikatakan stabil bila b = 0.0
Beberapa contoh penarikan kesimpulan berdasarkan analisis stabilitas PJ :
    A. Sidik ragam Galur5 (G5) pada 9 lingkungan
SumberdbKTF1F2
Regresi171.90417.732 **27.518**
Sisa74.055  
Galat baku9572.613  
G5 memiliki koefisien arah ≠ 0, baik yang diuji oleh KTsisa dari data maupun oleh galat percobaan. KTsisa tidak berbeda dengan KT Galat. Hal ini berarti pengaruh interaksi G x E antara G5 dengan ke 9 lingkungan dapat dijelaskan dengan regresi.
Sidik Ragam regresi gabungan untuk ke 20 galur adalah :
SumberdbKT
Galur (G)
19
428.239**
Lingkungan (E)
8
896.573**
G x E
152
Het. antara regresi
19
15.638**
Sisa
133
13.714**
Galat
957
2.613
Disini terlihat bahwa pengaruh G x E diuraikan menjadi keheterogenan diantara regresi dimana terdapat perbedaan arah antara regresi (adanya keragaman) dan sisa yang menunjukkan juga ada keragaman. Walaupun demikian KT keheterogenen regresi > dari KT sisa. Hal ini serupa dengan pengujian individual b (hanya terdapat 4 galur dari 20 yang mempunyai nilai b ≠ 0, yang berarti banyak galur yang dapat diterangkan oleh regresi.
    B. Sidik ragam 29 galur pada 10 lingkungan
SumberdbKTF1F2
Regresi
1
100.893
4.95 **
45.243**
Sisa
7
20.380
Galat baku
1446
2.230
Disini regresi berpengaruh nyata baik diuji oleh galatnya sendiri (sisa) maupun dengan percobaan. Dari 29 galur terdapat 2 galur yang seperti ini dan 13 galur yang juga berpengaruh nyata akan tetapi KTsisanya juga berbeda dengan KT galat. Hal ini sejalan dengan sidik ragam gabungan dimana KT sisa > dari KT keheterogenan regresi. Sehingga walaupun G x E dapat diterangkan oleh regresi akan tetapi masih terdapat porsi yang lebih besar yang tidak dapat diterangkan oleh regresi. Hal yang sama bila dilihat pada sidik ragam gabungan KT sisa pecahan dari G x E masih lebih besar dari KT keheterogenan antar regresi.
Sidik gabungan regresi adalah :
SumberdbKT
Galur (G)
28
487.200**
Lingkungan (E)
9
144.553**
G x E
812
Het. antara regresi
28
13.568**
Sisa
224
16.916**
Galat
1446
2.230
Berikut ini ditampilkan perbedaan garis regresi dari analisis stabilitas berdasarkan Finlay-Wilkinsons (FW), Eberhart-Russel (ER), dan Perkin-Jinks (PJ).img10-3-6
10.3.3 Teknik Multivariat
10.3.3.1 AMMI
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis stabilitas adalahadditive main effect multiplicative interaction (AMMI). Analisis dengan metode tersebut menggabungkan pengaruh aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikatif pada analisis komponen utama. Asumsi yang harus dipenuhi dalam AMMI antara lain galat harus menyebar normal dan ragam homogen. Pengujian homogenitas ragam galat dilakukan melalui uji Barlett.
Tahap-tahap penyusunan dalam analisis dengan AMMI adalah sebagai berikut:
    1. Melihat pengaruh aditif galur dan lokasi melalui analisis ragam.
Analisis ragam menggunakan rancangan lingkungan kelompok lengkap dan rancangan faktorial dua faktor (faktor pertama adalah genotipe dan faktor kedua adalah lingkungan). Asumsi-asumsi yang mendasari analisis ragam adalah galat percobaan menyebar saling bebas mengikuti sebaran normal dengan ragam homogen (eijk ~ N (0,σ2ε). Analisis ragam untuk rancangan faktorial (dua faktor) dengan RAK adalah sebagai berikut :
Sumber KeragamanDerajat BebasJumlah KuadratKuadrat Tengah
Kelompok
b(n-1)
JKK
KTK
Genotipe
a-1
JKA
KTA
Lokasi
b-1
JKB
KTB
Genotipe*Lokasi
(a-1)
JK(A*B)
KT(A*B)
Galat
b(a-1)(n-1)
JKG
KTG
Total
abn-1
JKT
    2. Menyusun matriks pengaruh interaksi galur dan lokasi, kemudian melakukan penguraian bilinier terhadap matriks tersebut melalui analisis komponen utama.
Pemodelan bilinier pengaruh interaksi genotipe dengan lokasi (Υge) adalah sebagai berikut:
  • menyusun pengaruh interaksi dalam bentuk matriks genotipe (baris) x lokasi (kolom) sehingga matriks berukuran axb:
  • menguraikan bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi:
  • sehingga model AMMI secara lengkap dapat dituliskan sebagai berikut:
    <<<—-underconstruction—->>>
10.3.3.2 Analisis Biplot
Analisis AMMI di atas dapat menjelaskan interaksi galur dengan lokasi. Dalam menyajikan pola tebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lokasi maka hasil penguraian nilai singular diplotkan antara satu komponen genotipe dengan komponen lokasi secara simultan. Penyajian dalam bentuk plot yang demikian disebut biplot. Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar galur, antar lingkungan, dan antara galur dan lingkungan. Biplot tersebut menyajikan nilai komponen utama pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua tersebut nyata. Dengan demikian analisis AMMI dapat meningkatkan keakuratan dugaan respon interaksi galur dengan lingkungan.
Interpretasi biplot nilai komponen pertama dan rataan respon terutama untuk titik-titik sejenis. Jarak titik-titik amatan berdasarkan sumbu datar menunjukkan perbedaan pengaruh utama amatan-amatan tersebut. Jarak titik-titik amatan berdasarkan sumbu tegak menunjukkan perbedaan pengaruh interaksinya atau perbedaan kesensitifannya terhadap lokasi. Sedangkan interpretasi untuk titik-titik sejenis yang diperoleh dari biplot nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama merupakan jarak titik-titik amatan yang menunjukkan perbedaan interaksi. Interpretasi titik-titik amatan yang berlainan jenis biplot nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama menunjukkan jenis interaksi antar titik-titik amatan. Titik-titik amatan yang mempunyai arah sama menunjukkan berinteraksi positif (saling menguatkan) dan titik-titik yang berbeda arah menunjukkan berinteraksi negatif. Analisis biplot dapat digunakan untuk menginterpretasikan data uji multilokasi maupun data hubungan antara suatu gerombol dengan karakter yang mencirikannya (Syukur, et al, 2006). Contoh grafik analisis biplot adalah sebagai berikut :img10-3-7
Biplot AMMI2 sebagai alat visualisasi dari analisis AMMI dapat digunakan untuk melihat genotipe-genotipe stabil pada seluruh lokasi uji atau spesifik pada lokasi tertentu. Genotipe dikatakan stabil jika berada dekat dengan sumbu, sedangkan genotipe yang spesifik lokasi adalah genotipe yang berada jauh dari sumbu utama tapi letaknya berdekatan dengan garis lokasi. Dengan demikian, dari gambar di atas, terlihat bahwa genotipe-genotipe stabil pada empat lokasi adalah genotipe PSPT-MM, PSPT-T1, Bogor-Hi dan Seleksi Darmaga 2. Genotipe PSPT-C spesifik untuk lokasi Ciawi, genotipe PSPT-K dan PSPT-T2 spesifik untuk lokasi Cisarua.



Sabtu, 08 Januari 2011

Pemuliaan Tanaman


Pemuliaan tanaman adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah susunan genetik tanaman, baik individu maupun secara bersama-sama (populasi) dengan tujuan tertentu. Pemuliaan tanaman kadang-kadang disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan. Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.
Pelaku pemuliaan tanaman disebut pemulia tanaman. Karena pengetahuannya, seorang pemulia tanaman biasanya juga menguasai agronomi dan genetika. Tugas pokok seorang pemulia tanaman adalah merakit kultivar yang lebih baik: memiliki ciri-ciri yang khas dan lebih bermanfaat bagi penanamnya. Kultivar juga dikenal awam sebagai varietas, meskipun keduanya tidak selalu sama artinya. Persilangan tanaman atau makhluk hidup lainnya yang menarik minat manusia adalah sesuatu yang menjadi perhatian kalangan tertentu dari masa ke masa. Pemuliaan tanaman atau makhluk hidup lainnya biasanya bertujuan untuk mendapatkan varietas baru yang lebih unggul (bibit unggul), apapun juga patokan yang dipakai untuk suatu keunggulan (hal ini bisa jadi suatu sifat yang ''aneh'' tapi nyata, seperti terdapat pada ikan mas koki mata balon, kepala singa, dsb)Khususnya bagi pemuliaan tanaman, sistem perundang-undangan dan sertifikasi biji memberikan keleluasaan bagi para pemulia untuk dapat berkarya dengan baik bagi kepentingan pengusaha. Dengan demikian segi komersial pemuliaan tanaman sangatlah besar dan cukup menarik bagi para pemulia. Hal ini didukung oleh pembuatan standard dalam industri biji, yang menyebabkan kemajuan pesat dapat kita lihat dalam berbagai hasil produksi tanaman di pasaran, seperti misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran. Bahkan juga tanaman-tanaman hias seperti anggrek, dan juga tanaman hias air.[BR][BR]Aspek paling memuaskan bagi para pemulia tanaman adalah jika melihat varietas yang dikembangkannya memasuki produksi komersial, walaupun hasil tersebut tidak menjamin bahwa varietas tersebut dapat diterima. Sisi artistik dari pemuliaan tanaman adalah kita tidak selalu bisa memperkirakan dengan baik penerimaan masyarakat terhadap setiap kombinasi genetik yang kita hasilkan.[BR][BR]Untuk dapat melibatkan diri dalam beberapa bentuk pemuliaan tanaman (atau makhluk hidup lain), tak dapat tidak kita harus sedikitnya memahami dasar-dasar genetika. Saat ini teori-teori dasar genetika bukan hanya konsumsi para ilmuwan, atau para pemulia profesional saja, tetapi sudah berkembang sedemikian rupa, seperti juga kegiatan pemuliaan itu sendiri, menjadi semacam hobi bagi masyarakat awam juga. Di sana-sini kita bisa menjumpai para hobiis ikan hias yang ingin memuliakan varietas ikan tertentu, atau mengawinsilangkan ikan-ikan tersebut dengan tujuan mendapatkan jenis ''baru''. Sayangnya seringkali kegiatan tersebut tidak didukung oleh informasi yang akurat tentang dasar-dasar genetika, dan kurangnya wadah untuk bertukar pendapat dan berdiskusi dengan pengarahan ilmiah yang sesuai juga setidaknya turut menghambat kemajuan ''hobi'' pemuliaan ini di Indonesia.Seperti telah diketahui, teori genetika modern, termasuk yang diterapkan dalam pemuliaan tanaman, tidak dapat dilepaskan dari dasarnya, yaitu prinsip-prinsip genetika hasil penelitian seorang pastor dari abad ke-19 yang bernama Gregor Mendel. Mendel melakukan percobaannya pada tanaman ercis, dan melaporkan hasilnya pada tahun 1865. Laporan tersebut cukup sederhana, namun sangat efektif menyelesaikan masalah pewarisan sifat yang dijumpai para ilmuwan selama bertahun-tahun.





Jumat, 07 Januari 2011

Rahasia Cegukan

Tentang Cegukan
Meski tampaknya sepele, jangan menganggap remeh cegukan. Pasalnya, cegukan ternyata bisa merupakan gejala aneka jenis penyakit.
Cegukan sepertinya sepele. Namun, waspada jika cegukan berlangsung lama. Menurut dr. Bastian Sp.S dari RS Ongkomulyo Jakarta, cegukan, yang dalam bahasa medisnya disebut hiccups, tak hanya menyangkut organ tenggorokan, tapi juga organ-organ lain. Termasuk di dalamnya otot-otot diagfragma, epiglotis (katup di tenggorokan), dan susunan saraf pusat (otak) serta saraf tepi (nervous prenicus). Apa saja yang patut Anda ketahui tentang cegukan?
KENAPA KITA CEGUKAN?
Dalam kondisi normal, saat kita menarik napas, otot-otot diafragma akan turun, dan saat itu pula katup tenggorokan membuka, sehingga udara yang menekan ke atas tidak akan berbunyi. Akan tetapi, pada cegukan, saat menarik napas, terjadi kontraksi atau bahasa awamnya kram pada otot diafragma dan otot-otot antara tulang iga. Akibatnya, keduanya akan naik. Nah, pada saat bersamaan, epiglotis(katup/klep di tenggorokan) pun tertutup, sehingga udara dari diagfragma yang naik ke atas akan menekan klep ini. Akibatnya, terjadilah cegukan. Tertutupnya katup atau epiglotis ini terjadi karena adanya gangguan di lengkung refleks, yaitu pada susunan saraf pusat (SSP) dan saraf tepi (ST). Kedua saraf ini mengatur jalur pernafasan dalam tubuh manusia agar berjalan lancar. Tertutupnya klep ini bukan merupakan kelainan SSP atau ST, namun merupakan respon dari SSP dan ST yang terganggu. Oleh karena saraf tepi berukuran panjang dan berhubungan dengan organ-organ di dalam tubuh, maka terkadang aktivitasnya terganggu oleh penyakit yang serius. Sehingga, cegukan dapat pula menjadi gejala adaya radang di perut, penyakit di ginjal, masalah hati atau tumbuhnya tumor di leher yang mengganggu saraf, yang kemudian mengirim respon sehingga munculah cegukan.
DUA JENIS CEGUKAN
Berdasarkan jenisnya, cegukan bisa dibagi menjadi 2 kelompok.
1.      Cegukan yang bersifat ringan, yang hanya berlangsung selama 1 - 2 jam saja. "Cegukan jenis ini bisa hilang sendiri," ujar Bastian. Penyebab paling sering pada ketegori ini karena adanya regangan pada lambung. Selain itu, juga karena perubahan cuaca mendadak (misalnya dari dingin ke panas atau sebaliknya), makan makanan yang terlalu panas atau dingin, meminum minuman beralkohol, merokok terlalu banyak, atau mengalami stres."Cegukan karena akan hilang sendiri saat penderita tidur. Oleh karena itu, jika Anda cegukan dari pagi sampai malam dan ternyata hilang saat Anda tidur, perlu dicari tahu, masalah apa yang tengah mengganggu Anda saat itu," tegas Bastian.
2.      Cegukan yang bersifat tetap/permanen (persistance). Cegukan jenis ini biasanya terjadi terus-menerus, tak hanya berhari-hari tapi bisa berbulan-bulan. "Cegukan jenis ini merupakan gejala adanya gangguan di otak (misalnya gejala tumor di batang otak), gejala stroke (pada penderita stroke sering timbul cegukan), infeksi di SSP (otak), adanya herpes di dada sehingga mengganggu ST, selain itu juga karena gangguan metabolik seperti pada penderita diabetes, atau penderita kelainan ginjal karena urenia. Juga karena gangguan elektrolit (kurang kalium), termasuk pengaruh obat-obatan seperti steroid atau obat tidur.
Cegukan biasanya mendahului gejala lain dari suatu penyakit. "Orang dewasa harus berhati-hati jika mengalami cegukan dalam jangka waktu yang lama. Orang kebanyakan tak tahu atau tak sadar bahwa melalui cegukan, tubuh sebetulnya memberi sinyal bahwa di organ tubuh kita ada yang tidak beres," lanjutnya Bastian.
The Guinness World Records mencatat rekor cegukan terlama (1922-1990) dipegang oleh Charles Osborne (1894-1991) dari Anthon. Iowa (Amerika Serikat). Cegukan tersebut dimulai pada tahun 1922 dengan frekuensi 40 kali per menit, melambat menjadi 20 kali, dan akhirnya berhenti pada bulan Februari 1990, dengan total waktu selama 68 tahun !!!
TAHAN NAPAS
Semua orang bisa terkena cegukan, dari bayi sampai orang tua. Meski bukan penyakit, tapi cegukan bisa merupakan gejala suatu penyakit atau respon dari hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan.
Banyak cara untuk menangani cegukan. Sesuai jenisnya, yaitu cegukan ringan dan cegukan menetap, maka penanganannya pun dibagi dua. Untuk cegukan ringan, ada beberapa kiat yang bisa dipakai, antara lain:
1.      Meminum air hangat
2.      Tarik dan buang nafas, kemudian tampung di dalam kantong atau kertas tertutup selama kurang lebih satu menit. Hidung dan mulut masuk ke dalam kantong tersebut. Maksudnya adalah untuk menahan dan meningkatkan CO2, sebab menurunnya jumlah CO2 dalam darah bisa menyebabkan cegukan. Setelah satu menit, Anda bisa beristirahat dan kemudian mengulangnya kembali.
3.      Tidur berbaring dengan kedua lutut ditekuk ke arah perut. Lakukan beberapa saat hingga cegukan hilang.
Pengobatan lain yang sering dilakukan adalah dengan menahan nafas atau menelan gula batu. Bisa juga minum air dingin sedikit demi sedikit dan mengeluarkannya dari sisi gelas yang salah. Semua itu dimaksudkan untuk mempengaruhi sistem saraf, sehingga menghentikan ritme cegukan.
Tindakan lain adalah menarik dan mengeluarkan nafas dengan mulut dan hidung yang berada dalam kantong. Ini berdasarkan pemikiran bahwa karbondioksida akan meningkat saat kita menarik nafas, sehingga akan menekan aktivitas saraf di otak yang bertanggungjawab atas terjadinya cegukan.
Adapun untuk cegukan persistence atau menetap, Bastian menganjurkan untuk meminumChlorpromazin. "Obat ini harus dengan resep dokter." Selain itu, bisa juga dengan Tegretol (sebenarnya untuk obat kejang tapi juga bisa digunakan). Namun, meski ampuh, kedua obat ini ternyata juga memiliki efek samping, yaitu menyebabkan kantuk.

"Penggunaan obat memang cukup manjur, tapi sifatnya hanya menekan gejala cegukan. Sementara jika seseorang cegukan karena menderita penyakit, misalnya tumor otak, obat tidak akan berpengaruh," ungkap Bastian. Namun, bukan berarti setiap orang yang menderita tumor otak akan mengalami cegukan. "Tergantung letaknya. Yang paling riskan adalah jika terletak di Medula Oblongata (batang otak)."
Namun, obat-obatan tak selalu membantu."Kalau cegukan tak juga hilang sampai bertahun-tahun, perlu dilakukan tindakan bedah, di mana saraf yang menuju diagfragma dipotong. Bedah ini juga tidak sampai mengganggu pernafasan."
JIKA SI KECIL CEGUKAN
Bayi juga bisa cegukan. Dan ternyata, menurut Bastian, "Bayi paling sering mengalami cegukan, apalagi saat menyusu." Untuk mengatasinya, Anda bisa membaringkan bayi dan dan menekuk kedua kakinya hingga ke arah perut. Memberi si kecil air hangat juga bisa membantu. "Akan lebih mudah jika menggunakan dot, karena dot akan merangsang faring atau tenggorokan supaya membuka," ujar Bastian.
Cegukan pada bayi tak perlu dicemaskan, kecuali terjadi selama lebih dari sejam. Dalam beberapa kasus, orangtua dapat memberikan sesendok air hangat atau meminumkan air hangat. "Bayi memang bisa mengalami cegukan yang menetap, tapi kemungkinannya sangat kecil," ujarnya.
Selain saat menyusui, pola makan yang salah dari bayi dapat pula menjadi pemicu terjadinya cegukan. "Biasanya terjadi pada ibu muda yang belum paham pola makan yang benar." Oleh karena itu, ada beberapa saran yang bisa Anda ikuti:
  1. Jika ingin memberi makan bayi, sebaiknya sedikit demi sedikit, dan bukan volumenya yang diperbanyak.
  2. Lebih baik mempersering frekuensi makan atau minum daripada memaksakan makan/minum sekali tapi dalam jumlah besar.
  3. Jika bayi cegukan lebih dari sejam, segeralah bawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan.
  4. Usahakan agar saat menyuapi bayi, udara tidak ikut masuk ke faring (tenggorokan). Oleh karena itu, jangan terburu-buru dan terlalu cepat.
sumber: tabloid nova