Spathoglottis merupakan anggrek terestial yang memiliki spesies kurang lebih 40, yang tersebar luas dari Cina bagian selatan, india bagian selatan, Asia Tenggara, Australia, Samoa, sampai kepulauan pasifik. Dua puluh satu spesies terdapat di Papua Nugini, dan tujuh diantaranya bersifat indigenus di Filipina. Nama genetik Spathoglottis berasal dari bahasa Yunani; spathe berarti belati dan glossa atau glotta berarti lidah, mengacu pada karakteristik labellum dari genus. Nama spesifik plicata diperoleh dari penampilan atau lekukan daun yang plicated, suatu karakter botanik yang digambarkan sebagai plicate. Spathoglottis sp merupakan tanaman taman dan tanaman pot. Anggrek ini pernah dimanfaatkan sebagai bunga potong, tanaman hias taman, Spathoglottis sp ditanam secara massal di dalam bedengan sebagai tanaman pembatas atau tanaman tepi (Qodriyah, 2005). Spathoglottis sp pernah dimanfaatkan sebagai bunga potong andalan Singapura pada era 1930-1940-an. Di Indonesia, Spathoglottis sp dapat tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi, bergantung pada spesiesnya. S. plicata banyak dijumpai di dataran rendah dan sedang, sedangkan S. aurea dan S. afnis tumbuh baik di dataran tinggi.kualitas bunga (Qodriyah, 2005).
Pemulia anggrek Spathoglottis, ada yang beranggapan bahwa kuntum bunga nomor ganjil (dihitung dari pangkal tangkai) paling baik untuk dijadikan induk betina, karena buahnya berbiji banyak dan fertil. Induk jantan dapat diambil dari kuntum sembarang. Prinsip persilangan anggrek sangat sederhana, yaitu dengan jalan mengambil polinia atau polinaria suatu jenis anggrek kemudian dimasukkan ke dalam stigma (lubang kecil) bunga anggrek lain yang telah masak (Sarwono, 2005).
Bunga anggrek sangat mudah bersilang, baik secara alami maupun buatan. Anggrek hasil persilangan buatan, dikenal dengan nama anggrek hibrid. Anggrek yang berasal dari alam disebut anggrek sepesies. Anggrek sepesies merupakan sumber genetik bagi pemulia untuk merakit varietas-varietas baru (Darmono, 2009).
Persilangan anggrek ada tiga macam, (Sarwono, 2005). Interspesifik Merupakan persilangan antara dua spesies dalam satu genus pada seksi yang berbeda. Misalnya, Dendrobium stratiotes x Dendrobium verratrifolium. Masing-masing dari seksi yang sama yaitu Ceratobium.
b. Interseksionl. Merupakan persilangan antara dua spesies dalam satu genus, tetapi masih satu seksi. Contohnya, Dendrobium phalaenopsis (seksi Phalaenanthe) x Dendrobium stratiotes (seksi Ceratobium).
c. Intergenerk. Merupakan persilangan antara dua atau lebih genus yang berbeda, tetapi masih dalam kerabat dekat. Hasil persilangan intergenik menghasilkan:
1) Hibrid bigenik
Merupakan anggrek hasil persilangan antara dua genus yang berbeda. Contoh bigenik: Aranda (Arachnis x Vanda) x Ascxocenda (Ascocentrum x Vanda)
2) Hibrid trigenik
Merupakan hasil persilangan antara tiga genus yang berbeda. Contoh anggrek hibrid trigenik adalah Mokara (Ascocentrum x Vanda x Arachnis)
3) Hibrid tetragenik
Merupakan hasil persilangan antara empat genus yang berbeda. Contoh, Potinara (Brassovala x Laelia x Cattleya x Sophronitis)
Menurut Sarwono (2005), prinsip penyerbukan anggrek sangat sederhana, yaitu dengan jalan mengambil polen suatu jenis anggrek, kemudian dimasukkan ke dalam stigma (lubang kecil), bunga anggrek jenis lain yang telah masak. Teknik penyilangan bunga anggrek dapat dibedakan menjadi dua.
a. Penyilangan anggrek berlempeng perekat
Lempeng perekat pada anggrek disebut juga discus viscidis atau polinaria. Anggrek yang tergolong memiliki lempeng perekat adalah aneka spesies dari genus Vanda dan Arachnis, serta Phalaenopsis amabilis. Teknik penyilangan pada anggrek ini adalah sebagai berikut.
1) Sisipkan ujung tusuk gigi di bawah ujung operculum,
2) Tarik ke atas ujung tusuk gigi, sehingga operculum lepas,
3) Desak polinaria ke luar dari kepala sari sampai terlepas, dengan tusuk gigi,
4) Polinaria yang terlepas menempel di ujung tusuk gigi,
5) Polinaria diletakkan dengan hati-hati pada lubang stigma yang telah siap menerima polinaria.
b. Penyilangan anggrek tak berlempeng perekat
Anggek yang tergolong tidak memiliki lempeng perekat adalah Dendrobium, Cattleya, dan Spathoglottis. Teknik penyilangan pada anggrek ini adalah sebagai berikut :
1) Ujung tusuk gigi dipakai mengangkat operculum sampai lepas,
2) Sehelai kertas dipegang di bawah ujung columna untuk menangkap massa polinia yang mungkin terjatuh,
3) Ujung tusuk gigi dicelupkan ke dalam perekat (lendir) pada lubang stigma agar polinia melekat pada ujung tusuk gigi,
4) Ujung tusuk gigi yang berperekat disentuhkan ke polinia agar melekat,
5) Masukkan polinia pada ujung tusuk gigi pada lubang stigma, letakkan pada kiri-kanan lubang tersebut.
Persilangan dilakukan secara searah maupun dua arah (resiprok) antara bunga dengan jumlah kuntum banyak dan tangkai bunga sedang-panjang dengan tanaman bertangkai bunga pendek. Sebelum persilangan dilakukan pemilihan atau seleksi tetua jantan maupun betina, baik untuk tanaman pot, taman atau bunga potong (Qodriyah, 2005).
Tetua yang berasal dari spesies memiliki karakter yang kuat pada saat disilangkan, sehingga warna bunga hasil persilangan akan cenderung mendominasi, dibandingkan dengan yang bukan spesies (hibrid). Anggrek hibrid (anggrek hasil persilangan) apabila diselfing, warna bunga menjadi pudar dan tidak cerah. Oleh karena itu, dalam melakukan persilangan lebih baik menggunakan tetua yang berasal dari spesies.
Hibridisasi dinyatakan berhasil apabila dalam satu populasi persilangan muncul variasi seperti warna bunga, tinggi tanaman, atau bentuk tanaman dan semua itu dapat diketahui melalui karakterisasi hasil persilangan. Parameter yang diukur dalam karakterisasi adalah variasi warna bunga, panjang daun, lebar daun, pertambahan jumlah anakan, panjang bunga, panjang tangkai bunga, lebar bunga, panjang bibir, lebar bibir, dan jumlah kuntum tiap tangkai (Sarwono, 2005). Tanaman yang telah disilangkan selanjutnya diberi label tetua betina x tetua jantan, tanggal penyilangan, dan kode persilangan. Jangka waktu 3-4 hari bila tangkai kuntum induk betina masih segar berwarna kehijauan maka persilangan berhasil. Beberapa hari kemudian kelopak dan mahkota bunga mulai layu sampai akhirnya kering dan rontok. Selanjutnya muncul bakal buah berbentuk bulat telur berwarna hijau sampai hijau kecoklatan. Buah dipanen 25-65 hari setelah penyerbukan (Qodriyah, 2005). Biji hasil persilangan disebar dengan keadaan in-vitro. Hal ini, karena biji anggrek hanya memiliki sedikit endosperm sehingga tidak mencukupi untuk pertumbuhan. Di alam, biji anggrek dapat tumbuh karena bersimbiosis dengan mikoriza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar